Senin, 29 Juni 2015

Selasa, 23 Juni 2015

Tabel Distribusi Frekuensi



Contoh Tabel Distribusi Frekuensi
Perhatikan contoh data hasil nilai pengerjaan tugas Matematika dari 40 siswa berikut ini.
66 75 74 72 79 78 75 75 79 71
75 76 74 73 71 72 74 74 71 70
74 77 73 73 70 74 72 72 80 70
73 67 72 72 75 74 74 68 69 80
dari data diatas, dapat dibuat tabel distribusi frekuensi sbb:
Hasil Tugas
Titik Tengah
Turus
Frekuensi
65 – 67
68 – 70
71 – 73
74 – 76
77 – 79
80 - 82
66
69
72
75
78
81

2
5
13
14
4
2


Jumlah
40

Istilah-istilah yang banyak digunakan dalam pembahasan distribusi frekuensi bergolong atau distribusi frekuensi berkelompok antara lain sebagai berikut.

a. Interval Kelas
Tiap-tiap kelompok disebut interval kelas atau sering disebut interval atau kelas saja. Dalam contoh sebelumnya memuat enam interval ini.
65 – 67 → Interval kelas pertama
68 – 70 → Interval kelas kedua
71 – 73 → Interval kelas ketiga
74 – 76 → Interval kelas keempat
77 – 79 → Interval kelas kelima
80 – 82 → Interval kelas keenam

b. Batas Kelas
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi di atas, angka 65, 68, 71, 74, 77, dan 80 merupakan batas bawah dari tiap-tiap kelas, sedangkan angka 67, 70, 73, 76, 79, dan 82 merupakan batas atas dari tiap-tiap kelas.

c. Tepi Kelas (Batas Nyata Kelas)
Untuk mencari tepi kelas dapat dipakai rumus berikut ini.
Tepi bawah = batas bawah – 0,5
Tepi atas = batas atas + 0,5
Dari tabel di atas maka tepi bawah kelas pertama 64,5 dan tepi atasnya 67,5, tepi bawah kelas kedua 67,5 dan tepi atasnya 70,5 dan seterusnya.

d. Lebar kelas
Untuk mencari lebar kelas dapat dipakai rumus:
Lebar kelas = tepi atas – tepi bawah
Jadi, lebar kelas dari tabel diatas adalah 67,5 – 64,5 = 3.

e. Titik Tengah
Untuk mencari titik tengah dapat dipakai rumus:
Titik tengah = 1/2 (batas atas + batas bawah)
Dari tabel di atas: titik tengah kelas pertama = 1/2(67 + 65) = 66 titik tengah kedua = 1/2(70 + 68) = 69 dan seterusnya.

Distribusi Frekuensi Kumulatif
Daftar distribusi kumulatif ada dua macam, yaitu sebagai berikut.
a. Daftar distribusi kumulatif kurang dari (menggunakan tepi atas).
b. Daftar distribusi kumulatif lebih dari (menggunakan tepi bawah).
Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh data berikut ini.
Data
Frekuensi
Tepi Bawah
Tepi Atas
65 – 67
68 – 70
71 – 73
74 – 76
77 – 79
80 - 82
2
5
13
14
4
2
64,5
67,5
70,5
73,5
76,5
79,5
67,5
70,5
73,5
76,5
79,5
82,5


Dari tabel di atas dapat dibuat daftar frekuensi kumulatif kurang dari dan lebih dari seperti berikut.
Data
Frekuensi Kumulatif Kurang Dari
≤67,5
≤70,5
≤73,5
≤76,5
≤79,5
≤82,5

2
7
20
34
38
40

Data
Frekuensi Kumulatif Lebih Dari
≥64,5
≥67,5
≥70,5
≥73,5
≥76,5
≥79,5
40
38
33
20
6
2

Minggu, 21 Juni 2015

Kuartil Data Tunggal (Ukuran Letak Data)

Kuartil adalah salah satu ukuran letak data. Kuartil terdiri dari 3 nilai yang membagi data menjadi 4 bagian yang sama. untuk selanjutkan klik link dibawah ini..

Kamis, 18 Juni 2015

video pembelajaran statistika

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved=0CCQQtwIwAg&url=http%3A%2F%2Fwww.youtube.com%2Fwatch%3Fv%3DWJFuPXIYYXc&ei=wvGCVe2tN9WOuASWmIK4DA&usg=AFQjCNHhJEkzY43JK1X7Z8jeyqH4uISShA&sig2=ANldHKtGY4ksZv8cLiGqBg&bvm=bv.96041959,d.c2E

Pengertian Statistika dan Statistik

Statistika dan Statistik dua kata yang hampir sama tetapi berbeda arti.  Statistka (statistics)  bisa diartikan sebagai cabang ilmu matematika yang mempelajari tata cara pengumpulan data, penyajian data, pengolahan data, analisis data hingga data dapat diinterpretasikan dan dibuat kesimmpulan.  Sedangkan Statistik (statistic) adalah bagian dari Statistika (statistics) merupakan ciri numerik dari sebuah sampel. Statistik adalah informasi atau hasil penerapan Statistika pada sebuah sampel.

Statistika banyak digunakan dalam sebuah penelitian berbagai disiplin ilmu, baik ilmu alam maupun ilmu sosial.  Statistika juga banyak digunakan dalam bidang Bisnis dan Pemerintahan. Konsep dasar Statistika berdasarkan teori Probabilitas (Peluang). Karena tidak seorangpun dapat mengetahui apa yang akan terjadi dimasa depan jika kita melakukan ‘perlakuan tertentu, maka ilmu Statistika akan terus dibutuhkan untuk menduganya. Hasilnya adalah sebuah kesimpulan yang dapat dibuktikan secara Statistik.


Data Statistik menunjukan bahwa data tersebut diperoleh dari sebuah sampel. Misalkan seorang petugas BPS akan membuat Data Statistik Kecamatan, maka data yang akan diambilnya adalah data sampel.  Hanya sebagian penduduk dengan kriteria tertentu yang akan didata. Hasil penyajian dan pengolahan datanya dapat berupa tabel, grafik atau diagram, rata-rata, standar deviasi dan sebagainya. 

Rabu, 17 Juni 2015

MENENTUKAN UKURAN PEMUSATAN DATA

Pada kesempatan ini, kita akan mempelajari tentang bagaimana menentukan ukuran pemusatan data.

Ukuran pemusatan data terdiri dari :
1. Mean (Rataan Hitung)
2. Median
3. Modus

Untuk memahami bagaimana menentukan ukuran pemusatan data, silahkan kalian pelajari materi berikut ini :

Unduh Bahan Bacaan


Simpangan dan Variasi



SIMPANGAN (DISPERSI) DAN VARIASI
Ukuran Simpangan = Ukuran Dispersi = Ukuran Variasi
1.      Rentang (range)
2.      Rentang antar kuartil
3.      Simpangan kuartil (deviasi Kuartil)
4.      Rata-rata Simpangan (Deviasi rata-rata)
5.      Simpangan baku (standar deviasi) dan Varians

1.     Rentang (Range) = skor terbesar – skor terkecil
2.     Rentang antar kuartil à RAK = K3 – K1
3.     Simpangan Kuartil (Deviasi Kuartil = Rentang Semi Antar Kuartil) à
SK = ½ (K3 – K1)
4.    Rata-rata Simpangan (Deviasi Rata-rata) à RS =
Contoh: Suatu sampel berukuran n = 5, dengan data: 8, 7, 10, 11, 14
Maka Deviasi rata-rata (Rata-rata Simpangan) dapat dihitung sbb:
Xi
   Xi -

Nilai rata-rata à  =  = 10

RS =  =  = 2,0

8
-2
2
7
-3
3
10
0
0
11
+ 1
1
14
+ 4
4
∑ X = 50
0
10


5.     Simpangan Baku = Standar Deviasi
Simpangan baku (Standar Deviasi) merupakan ukuran simpangan yang paling banyak digunakan. Misalkan suatu sampel berukuran n, dengan data: X1, X2, X3, …., Xn. Maka simpangan baku (standar deviasi) dari sampel tersebut dapat dihitung sbb:
a.      Estimasi yg sifatnya bias à s =   =
b.     Estimasi yg tidak bias à s =   =
Keterangan:
s =  simpangan baku sampel sbg estimasi terhadap σ (simpangan baku
         populasi)
n – 1 = derajat kebebasan
Contoh: Suatu sampel berukuran n = 5, dengan data: 8, 7, 10, 11, 14
Maka Simpangan baku atau Standar Deviasi dapat dihitung sbb:
Xi
   Xi -

Nilai rata-rata à  =  = 10

s =  =  =  = 2,74
8
-2
4
7
-3
9
10
0
0
11
+ 1
1
14
+ 4
16
∑ X = 50
0
30

Rumus di atas diterapkan dengan selalu menghitung rerata ( terlebih dahulu, sehingga disebut sebagai Rumus Deviasi.

6.     Simpangan Baku dengan Rumus Skor Kasar :
Harga simpangan baku (standar deviasi) dengan rumus angka kasar atau rumus varians dapat dihitung sbb:
 =   à  s =  
Contoh: Suatu sampel berukuran n = 5, dengan data: 8, 7, 10, 11, 14
Maka Simpangan baku atau Standar Deviasi dapat dihitung dengan rumus angka kasar (rumus varians) sbb:
Xi
 =   à  s =  
s =   =   = 2,74


8
64
7
49
10
100
11
121
14
196
∑ Xi = 50
= 530
7.     Simpangan Baku dari data dalam Distribusi Frekuensi Bergolong:
a.     Dengan rumus Angka Kasar (Rumus Varians):
 =
Keterangan:   Xi  = tanda kelas (mid-point)
                           fi  = Frekuensi pada kelas yang sesuai
                         n  =  ∑fi
Contoh:  Data Nilai Statistika 80 Mahasiswa yg telah disajikan dalam Tabel Distribusi Frekuensi Bergolong sbb:
Nilai
fi
Xi
     fi. Xi
31 – 40
1
35,5
1260,25
      35,5
        1.260,25
41 – 50
2
45,5
2070,25
      91,0
        4.140,50
51 – 60
5
55,5
3080,25
    277,5
      15.401,25
61 – 70
15
65,5
4290,25
    982,5
      64.353,75
71 – 80
25
75,5
5700,25
  1887,5
   142.506,25
81 – 90
20
85,5
7310, 25
  1710,0
   146.205,0
91 – 100
12
95,5
9120, 25
  1146,0
   109.443,0
JUMLAH
80
--
--
  6130,0
   483.310,0

Maka   =  = 172,1  à s =  = 13,12

b.     Dengan Rumus Deviasi :
Contoh:  Data Nilai Statistika 80 Mahasiswa yg telah disajikan dalam Tabel Distribusi Frekuensi Bergolong sbb:
Nilai
fi
Xi
Xi -  
  
31 – 40
1
35,5
        -41,1
  1689,21
        1.689,21
41 – 50
2
45,5
-31,1
     967,21
        1.834,42
51 – 60
5
55,5
-21,1
     445,21
        2.226,05
61 – 70
15
65,5
-11,1
     123,21
        1.848,15
71 – 80
25
75,5
-1,1
          1,21
               30,25
81 – 90
20
85,5
+8,9
       79,21
        1.584,20
91 – 100
12
95,5
+18,9
     357,21
        4.286,52
JUMLAH
80
--
--

      13.498,80
            Nilai rata-rata :  ∞ 76,6
=  =  = 170,9 à s =  = 13,07
c.     Dengan Rumus Koding :
Contoh:  Data Nilai Statistika 80 Mahasiswa yg telah disajikan dalam Tabel Distribusi Frekuensi Bergolong sbb:
Nilai
fi
Xi
ci
fi. ci
31 – 40
1
35,5
-3
9
-3
9
41 – 50
2
45,5
-2
4
-4
8
51 – 60
5
55,5
-1
1
-5
5
61 – 70
15
65,5
0
0
0
0
71 – 80
25
75,5
+ 1
1
+ 25
25
81 – 90
20
85,5
+2
4
+ 40
80
91 – 100
12
95,5
+3
9
+ 36
108
JUMLAH
80
--
--
--
+ 89
235

Rumus : =  =  = 172,1
è S =  = 13,12

Apakah dalam menentukan nilai simpangan baku ini, kita juga bebas menentu-kan letak ci = 0 …?
Contoh:
Nilai
fi
Xi
ci
fi. ci
31 – 40
1
35,5
-4
16
-4
16
41 – 50
2
45,5
-3
9
-6
18
51 – 60
5
55,5
-2
4
-10
20
61 – 70
15
65,5
-1
1
-15
15
71 – 80
25
75,5
0
0
0
0
81 – 90
20
85,5
+1
1
+ 20
20
91 – 100
12
95,5
+2
4
+ 24
48
JUMLAH
80
--
--
--
+ 9
137

Rumus : =  =  = 172,1
è S =  = 13,12



8.   Simpangan Baku Gabungan dari Beberapa Sub Sampel
Misal:
Sub-sample 1 : berukuran n1, dgn simpangan baku s1
Sub-sample 2 : berukuran n2, dgn simpangan baku s2
………………………………………………………………………………..
Sub-sample k : berukuran nk, dgn simpangan baku sk
Maka simpangan baku gabungan dari sampel berukuran n1 + n2  + …..+ nk dapat dihitung dengan rumus:
=  atau  =  
ontoh:
Hasil pengamatan pada sub sampel pertama terhadap 14 objek, menghasilkan s1 = 2,75 , sedangkan pengamatan pada sub sampel kedua terhadap 23 objek, diperoleh s2 = 3,08. Maka simpangan baku gabungan dari kedua sub sampel tsb dapat dihitung:
 =
  à s = = 2,96